Selasa, 08 Oktober 2013

Princess of Forest


“Princess of Forest”





Hampir semua orang melihatku sebagai sosok yang yang sempurna. Cerdas, rupawan, bergelimang harta dan semua orang mengelu-elukanku. Segala hal itu tiada arti karena dalam hidupku, aku merasa kan kehampaan dan kesedihan sejak ayah meninggal, hilangnya beliau hilang pula cinta dalam hidupku. Bagaimana dengan ibu? sejak kecil beliau hanya menyediakan materi untukku tanpa cinta dan kasihnya lebih-lebih saat beliau menggantikan ayah menjadi seorang pemimpin Kerajaan Kelor. Sejak saat itu yang beliau pikirkan hanyalah mempertahankan dan terus memajukan Kerajaan Negeri Kelor.
Negeri Kelor adalah Negeri yang digdaya dan paling kuat di Dunia. Selain menjadi sumber daya, kelor juga dapat dimanfaat sebagai senjata yang ampuh. Hingga saat ini belum ada yang bisa menandingi Kerajaan Kelor, bukannya aku senang karena mendapatkan kejayaan dan kekayaan tapi aku malah semakin sedih karena dengan begitu ibunda ratu semakin tersesat akan kejayaan dan kekayaan Negeri Kelor.







Malam ini indah, cerah dan bintang bergemerlapan diatas cakrawala biru, berlomba menyinarkan sinarnya. Semarak di langit serupa dengan semarak di Aula Istana. Semua orang bersorak riuh menikmati pesta yang dihadiri para tokoh negeri. Semua orang bergembira kecuali aku karena pesta ini dibuat untuk mengikat tali persaudaraan antar kerajaan dengan ikatan pertunangan. dengan cara ini lah Ibunda Ratu meraup keuntungan dari kerajaan lain.
Sudah berkali-kali diadakan pesta seperti ini dan berkali-kali pula aku menolaknya. Memang ini saatnya untuk melanjutkan tonggak kejayaan Negeri Kelor tapi bukan begini caranya dan aku bertekad untuk mengakhiri semua ini. Aku akan menentukan sendiri siapa yang akan menjadi pendampingku kelak, bukan perintah Ibunda Ratu.
Aku sudah menyiapkan semua barang bawaan ku untuk melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan. Aku seudah merencanakan ini sejak Ibunda Ratu membuat acara bodoh ini. Dan aku berangkat saat itu juga sebelum acara dimulai.
Seminggu sudah aku berjalan. Semakin aku berjalan, semakin tidak tentu arah yang kutuju. Aku sudah tidak memedulikan lagi hal itu dan dimana sekarang aku berada. Karena yang kulewati hanyalah lembah, hutan dan sungai. Yang aku pedulikan hanyalah adakah seorang yang akan menolongku? Karena semua persediaan makanan dan minuman telah habis dua hari yang lalu.
Yang aku rasakan hanyalah lelah, mata berkunang-kunang, kesadaran hampir hilang dan rasa sakit di kaki karena terlalu banyak berjalan. Bagaikan menemukan oase di padang gurun, sayup-sayup ku mendengar suara violin nan indah mengalun. Aku mengembalikan kesadaranku. Tidak, aku masih sadar tapi suara itu tetap mengalun dengan indahnya.
“Akhirnya ada orang yang bisa menolongku” gumamku pada diriku sendiri. Perlahan aku mendekati sumber suara tersebut.
Saat aku melihat dunia terasa berubah, waktu terasa berhenti saat itu juga. Deg.. deg.. deg.. deg.. terasa jantungku berdenyut lebih keras. Kulihat seorang gadis berambut pirang sebahu, memakai gaun putih bercorak tumbuhan hijau sedang melantunkan nada-nada violin. Mahkota dari dedaunan membuat ia terkesan terlihat seperti putri hutan.
Aku tidak percaya dengan pengelihatanku sendiri bagaimana mungkin ada taman ditengah hutan belantara bahkan ada air mancur. Semerbak bunga, burung-burung saling bersahutan, kupu-kupu menari-nari menambah keelokan tempat itu.
Tanpa kusadari alunan violin terhenti. Sepasang mata bewarna hijau cerah memandang tepat ke arah semak tempatku bersembunyi.  Pandangan metanya langsung menghujam jantungku dan aku jatuh hati seketika.
                                                               ***
“keluar lah kau pemuda. Tak sepatutnya kau bersembunyi dari ku.” Hening. Beberapa detik berlalu, hingga akhirnya pemuda berpakaian lusuh muncul dari semak-semak. Aku tertegun betapa rupawannya ia. Walaupun pakaiannya terlihat lusuh, tapi masih terlihat jelas jika ia seorang bangsawan.
“ehemm…” dehaman pemuda itu membuyarkan lamunanku tentangnya. Baru kusadari diriku tersipu, sebagai seorang putri tidak seharusnya diriku tersipu malu seperti ini.
“hmm.. sepertinya kau memerlukan sedikit perawatan” pemuda itu hanya diam, Mungkin ia terlalu lelah tapi pandangan matanya tidak pernah lepas dari ku. Aku menuntunnya menuju dipan bambu yang biasa kugunakan untuk istirahat.
“berbaringlah disana aku akan mengambil makanan dan obat untuk kakimu” aku berlalu menuju gubuk kecil di dekat taman. Walaupun sebuah gubuk, tetapi gubuk ini terlalu mewah untuk ukuran sebuah gubuk dan semua kebutuhanku ada disini.
Tak berapa lamas setelah mecari semua kebutuhannya, aku langsung menemui tempat pemuda itu berada dan langsung mengobati kakinya yang terluka akibat terlalu banyak berjalan.
“siapa namamu dan apa yang membawamu sampai kesini pemuda?”
“namaku… key…….lor dari.. Kerajaan Kelor.” pemuda ini terlihat ragu mengatakan nama belakangnya.
“aku.. kabur dari rumah”
“ kabur? Why? Dan kenapa kau terlihat ragu mengatakan nama belakangmu? Seharusnya kamu bangga mempunyai kerajaan terkuat di dunia. Bukankah kau putra mahkota” Key hanya terdiam murung kuberondongi pertanyaan.
“oh.. maaf”
“no. its okey” Key menceritakan panjang lebar kenapa ia harus kabur dari kerajaan. Aku merasakan kesedihannya yang begitu pedih.
“sekarang giliranmu. Siapa namamu dan kenapa kamu memainkan violin ditengah hutan seperti ini?”
“aku Shine Ket dari Kerajaan Suket” pemuda itu mengangkat satu alisnya terlihat heran saat aku mengatakan Kerajaan Suket.
“tentunya kamu tidak pernah dengar nama kerajaan ku. Memang ini tidak pernah ada di peta. Jangan khawatir aku akan mengajakmu berkeliling besok”
“satu pertanyaanku belum terjawab.”
“oh ya.. kau pikir ini hutan? Asal kau tau saja ini adalah tempat rahasiaku hanya aku dan Ibunda ratu yang tau. Bagiku tempat ini adalah tempatku untuk menenangkan diri dan refreshing dari berbagai tugas seorang putri. Dan aku memainka violin ini untuk mengenang almarhum Ibunda Ratu. Sewaktu kecil aku selalu dimainkan violin disini” aku tertunduk sedih mengenang masa laluku.
“hmm.. jadi kau seorang putri. Tapi bolehkah aku memanggilmu Princess Of Forest”
“ya.. terserahlah”
                                                               ***
Ternyata putri yang satu ini sangat menarik. Berbeda dengan putri-putri lainnya yang pernah ku kenal, ia begitu istimewa. Keesokan harinya aku diaajaknya berkeliling Negeri Suket. Dan sungguh menakjubkan, negeri yang sangt makmur dan sejahtera ini memiliki sumber daya alam yang melimpah.bila saja jika negeri ini diberdayakan, mungkin bisa menandingi Kerajaan Kelor.

Waktu berlalu kami baru menyadari bahwa kami saling jatuh cinta. Shine Ket mengenalkan ku pada Sang Raja Sun Ket dan langsung melamar Shine.
“Kau boleh menikahi putri ku tapi kau harus kembali kekerajaanmu dahulu, menemui keluargamu dan meminta restu mereka” itulah yang dikatakan Baginda Raja Sun Ket yang mengharuskanku kembali ke Kerajaan Kelor dan menghadap Ibunda Ratu Kelor.
Aku kembali menyusuri jalanku menuku Kerajaan Kelor. Tapi bedanya sekarang aku menaiki kereta kuda bukannya jalan kaki. Sesampai di istana aku langsung menemui Ibunda Ratu di singgasananya.
“ternyata kau kembali lagi putra mahkota. Untungnya aku tidak mencarimu dahulu karena itu akan membuang-buang waktu dan biaya saja” mendengar perkataan Ibunda Ratu seperti itu, hatiku terasa terbakar amarah.
“ ibunda saya akan menikah dengan seorang putri dari Kerjaaan Suket. Terserah apabila engkau tidak merestui ku. Yang penting saya sudah meminta izin, walaupun tanpa restu saya akan tetap menikah”
Ibunda Ratu tertawa mengejek. “ Negeri Suket? Sejak kapan ada negeri itu? di peta pun tidak ada.”
“ibunda tidak pernah tau bagaimana negeri itu berdiri. Sejahtera dan makmur dan asal ibunda tau saja negeri itu akan bisa menandingi Kerejaan Kelor kelak.
“terserah saja kau akan menikah tapi kamu akan menjadi kaum buangan”
“ibunda aku mohon pengertianmu untuk pertama dan terakhir kalinya. Saya ini masih anakmu. Engkau tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang kepadaku. Cinta akan lebih berharga dari pada harta ibunda.” Setelah menyelesaikan kalimatku aku langsung berlalu pergi.

Setelah kembali ke Kerajaan, aku lengsung menghadap dan menceritakan semuanya kepada Raja Sun Ket dan Putri Shine Ket. Dan akhirnya Baginda Raja menyetujui pernikahn kami walaupun tanpa restu Ratu Kelor.
Pernikahan kami berjalan sangat mewah dan megah. Semua orang bersuka cita. Begitu pun aku, sekarang aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku sudah lepas dari belenggu hati yang selalu menjeratku. Sekarang aku bahagia dan bebas bersama My Princess of Jungle.
                                                               ***
Bertahun – tahun berlalu setelah pernikahanku dengan Key. Aku sudah tidak merasakan sedih karena meninggalnya ibunda, aku sudah bahagia dan aku yakin ibu juga tersenyum di surge melihatku bersam Key dan pangeran dan putri kecilku.
Sejak aku dan Key memimpin negeri, Negeri Suket yang awalnya tidak pernah ada di peta mulai banyak orang yang mengetahui Negeri Suket dan menjadi negeri yang hampir menandingi kejayaan Negeri Kelor.Firasatku tidak enak akan hal ini. Aku takut apabila Negeri Kelor akan menyerang kami. Karena aku tau sekali betapa bengisnya negeri itu.
Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya perang. Tapi peperangan tidak bisa dihindarkan lagi. Karena yang memimpin pasukan dari Kerajaan Kelor ratunya sendiri, ibu dari Key. Kami memutuskan yang memimpin pasukan Kerajaan Suket adalah aku dan Key. Aku sungguh berat hati meninggalkan pangeran dan putri yang masih kecil di istana. Tapi aku tak memiliki pilihan lain yaitu pulang dengan selamat atau mati dalam medan perang.
Pedang, tameng, baju besi, dan kuda sudah disiapkan menuju tempat perang, Padang Rumput Utara. Darah bertumpahan disana-sini. Pasukan negeri kelor banyak yang gugur begitu pula sebailknya.
Dihadapanku berdiri Ratu Kelor dengan pedang terhunus. Pertempuran kami berdua terjadi, hingga aku berhasil membuatnya terpojok dan tidak bisa mengelak lagi. Karena pedangku sudah kuhunuskan satu inci dari lehernya. Tapi aku tak kuasa membunuhnya. Aku melepaskan pedang dari genggamanku dan melangkah mundur.
“kenapa kau tidak membunuhku!! Apa kau tidak takut ku bunuh?”
“tidak. Aku sudah kehilangan ibuku sejak kecil. Aku tidak mau melihat orang yang kucintai kehilangan ibunya. Asal kau tau Key sangat menyayangimu lebih dari apapun yang Key butuhkan hanyalah kasih sayangmu. Kau tidak perlu suka tau menyayangi ku selayaknya anakmu sendiri. Kau hanya perlu mencintai dan menyayangi Key" aku meneteskan air mata saat mengatakannya. Tak kusangka Ratu Kelor menangis dihadapanku dan menyeru kepada semua pasukannya untuk menghentikan perang.
Key yang mendengar seruan ibunya langsung bergegas menuju tempatku dan ibunya berdiri. Ratu Kelor langsung bersujud meminta maaf kepada Key, tapi Key mencegah ibunya bersujud dihadapannya dan memeluknya. Semua kejadian begitu mengharukan, aku tersenyum bahagia melihat mereka berdua. Aku sangat rindu dengan ibuku sendiri yang sudah berada di surga. Tak kuasa aku ikut memeluk Ratu Kelor. Mulai dari sekarang hingga akhir zaman, Kerajaan Kelor dan Kerajaan Suket hidup bahagia bersama selamanya.

TAMAT.


* maaf jika cerpennya jelek. masih pemula he..he..

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates